Jumat, 11 November 2011

INTRUSI AIR LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang terbatas menurut waktu dan tempat. Pengolahan dan pelestariannya merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan. Air tanah adalah salah satu sumber air yang karena kualitas dan kuantitasnya cukup potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup. Air tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian air tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat dieksploitasi tanpa batas.
Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi.
Siklus air ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya sehingga air yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer. Angin akan mengangkut uap air pada jarak yang sangat jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah mengalami jenuh akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang jatuh ke permukaan bumi juga disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke bumi ini mengakhiri siklus hidrologi dan akan dimulai dengan siklus yang baru.
Berdasarkan perlakukan batuan terhadap airtanah, maka batuan (sebagai media air) dapat dibedakan menjadi empat (Hendrayana, H, 1994). yaitu :
1. Akuifer yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang berarti dibawah kondisi lapangan. Dengan demikian batuan ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air yang bersifat permeabel. Contoh : pasir, batupasir, kerikil, batugamping dan lava yang berlubang-lubang.
2. Akuitar yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat mengalirkan dalam jumlah yang terbatas. Dengan demikian batuan ini bersifat semi permeabel. Contoh : pasir lempungan, lempung pasiran.
3. Akuiklud yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang berarti. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh : lempung, lanau, tuf halus, serpih.
4. Akuifug yaitu suatu tubuh batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh batuan beku yang kompak dan padat.
Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi airtanah pada daerah tersebut. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan dan air bersih. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya.
Daerah dataran rendah, yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi. Penggunaan lahan di daerah dataran ini dari tahun ketahun mengalami perubahan yang mengarah menjadi daerah pusat kota, pemukiman, perkantoran, dan wilayah industri. Perkembangan ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota. Topografi yang berbentuk dataran ini dapat berfungsi sebagai daerah discharge karena frekuensi pengambilan airtanah yang relatif besar ini karena pada daerah ini perkembangan penduduk tumbuh pesat.
Daerah transisi, yaitu daerah antara topografi dataran tinggi dan dataran rendah, dapat berfungsi sebagai daerah recharge meskipun dalam jumlahnya relatif kecil, karena daerah ini masih memiliki kemampuan untuk meresapkan air (infiltrasi) yang relatif lebih tinggi daripada daerah dataran yang sudah tidak memiliki daerah resapan akibat pesatnya pembangunan. Daerah ini juga belum mengalami perubahan tataguna lahan yang cukup signifikan.
Daerah dataran tinggi, daerah ini terletak di lereng kaki gunung. Daerah lereng gunung ini dapat berfungsi sebagai daerah recharge yang cukup potensial, karena pada daerah ini tataguna lahan masih didominasi oleh hutan dan tidak ada perubahan lahan yang cukup signifikan sehingga airtanah lebih banyak meresap daripada mengalir sebagai run off. Sebagai contoh perubahan tataguna lahan yang terus berkembang dari tahun ketahun pada gambar.
Penyedotan air tanah yang berlebihan itu, akan berdampak masuknya air laut yang bersalinitas tinggi masuk menggantikan fungi air tanah yang bersalinitas rendah di dalam tanah. Tersedotnya air tanah dengan intensitas yang tinggi akan berbanding lurus dengan masuknya air laut ke dalam tanah. Akibat penyedotan air tanah yang berlebihan ini, permukaan tanah turun dan intrusi makin besar. Menurut Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia, Selamet Daroyni, laju penurunan tanah Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 – 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Dengan melihat tingkat penurunan tanah tersebut, ada pakar yang memprediksi, Jakarta akan tertelan bumi pada tahun 2050.
Amblesnya jembatan jalan RE Martadinata yang menjadi salah satu bagian vital perekonomian Indonesia merupakan salah satu contoh dari kerakusan akibat ulah manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan (eksploitasi).Dari permasalahan diatas, maka penulis sangat setuju dengan penulisan makalah tentang intrusi air laut. Melihat Indonesia adalah Negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yang secara tidak langsung kota-kota besar berada di daerah pesisir pantai atau mendapat pengaruh dari laut. Berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh laut, maka perlu pengkajian yang mendalam dan menanggani permasalahan intrusi air laut.

B. Permasalahan
1. Apa faktor penyebab intrusi air laut .
2. Apa saja dampak intrusi air laut.
3. Bagaimana upaya mencegah intrusi air laut.
4. Bagaimana upaya menanggulangi intrusi air laut.

BAB II
TEORI PENDUKUNG

A. Pengertian
1. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
Air tanah yang berasal dari infiltrasi

a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999) mengemukakan bahwa air tanah dangkal pada akifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.
d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.
e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.

Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air.
2. Intrusi Air Laut
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. Proses masuknya air laut mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut. Intrusi air laut telah terjadi di beberapa tempat, terutama daerah pantai seperti belanda (Ernest, 1969), long island, USA (Luscinzky dan scwarzenski, 1966) dan di Indonesia.
Di berbagai belahan dunia sudah terjadi yang dikenal dengan intrusis air laut dan apabila ini dibiarkan maka akan meluas dan membuat kualitas air tanah semakin menurun setiap harinya. Air laut akan tercermin dari harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl- yang tinggi dalam suatu conto air. Hasil analisis kimia dari conto air dari 52 sumur pantau di Jakarta menunjukan bahwa sumur pantau yang terdapat di Jalan Tongkol (Jakarta Utara dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamal Muara dan Tegal Alur yang menunjukkan adanya pengaruh dari air laut. Begitu pula umur air, yang sangat muda, dan kandungan isotop stabil oksigen dan Deuterium, yang relative berat, di tiga sumur tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari air laut.
Sumur lain menunjukkan umur air tanah yang sangat tua (8.000 – 30. 000 tahun) dan kandungan isotop stabil relative ringan. Tetapi dari hasil pengamatan pada konstruksi sumur ternyata sumur telah rusak akibat adanya penurunan muka tanah, sementara air permukaan dan air tanah dangkal di sekitar daerah tersebut yang memang sudah terkena pengaruh air laut, masuk ke dalam sumur melalui dinding sumur yang keropos. Intrusi air laut terhadap air tanah dalam di lokasi ini pun menjadi tidak valid. Di Jalan Tongkol dan Marunda, dalam kawasan berikat, ada juga sumur pantau yang tinggi harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl-, tekanan hidrostatis di kedua sumur ini sangat tinggi, artesis, dan umurnya juga sangat tua. Rasa asin air di sumur ini lebih disebabkan oleh air formasi dan bukan air laut masa kini.

B. Ciri dan Penentuan Intrusi Air Laut
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai.
Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.
Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Gambar 2. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu.
Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3).
sehingga didapat nilai z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah. Perubahan ini terjadi dengan cara
1. Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.
2. Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah lain.
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi adanya intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion dominan pada air laut dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.


Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan bila nilai rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil. Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level. Saat ini metode geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk investigasi intrusi air laut. Perolehan data lebih cepat dengan teknik drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor penting untuk mendeteksi perilaku zona transisi dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101 Water Level dengan penyelidikan P4, C4 Conductivity Sleeve dan T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui pembacaan konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai contoh, pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat digunakan untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranya well logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of groundwater samples; classification of groundwater samples; classification of groundwater; research into the interaction between aquifer matrix and groundwater; and verticle conductivity and temperatureprofiling.






BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Intrusi Air Laut
Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
• Aktivitas manusia
• Faktor batuan
• Karakteristik pantai
• Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus. Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk dilakukan. Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
B. Dampak Intrusi Air Laut
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, terutama dampak negatif atau yang merugikan seperti; terjadinya penurunan kualitas air tanah untuk kebutuhan manusia, amblesnya tanah karena pengekploitasian air tanah secara berlebihan, sedang bagi tanaman ada yang toleran terhadap kandungan garam atau air asin yang tinggi seperti, tanaman daerah rawa pantai, yaitu pohon bakau. Bagi tanaman yang tumbuh di tanah dengan kandungan garam yang rendah atau tumbuh pada tanah biasa, umumnya respon terhadap peningkatan kadar garam antara lain:
1. Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun yang diperkirakan akibat perubahan tekanan osmosis. Akibat menurunnya perbedaaan konsentrasi antara air sel dengan air ftanah yang bergaram, diperkirakan akan menurun perbedaan tekanan osmosis relatif antara lain berfungsi menghisap air ke daun.
2. Menyebabkan daun menjadi layu dan perubahan metabolisme akar.
Berkurangnya kualitas air tanah karena sudah bercampur dengan air asin/ garam dan susah untuk mendapatkan air bersih. Bila hal ini dibiarkan, maka akan berdampak lebih besar terutama menganggu keseimbangan air tanah dengan air asin. Selain itu juga daerah yag terkena intrusi ini akan semakin luas terutama bagian hilirnya.

C. Upaya Mencegah Intrusi Air Laut
Intrusi air laut adalah sesuatu yang dapat merusak lingkungan apabila dibiarkan dan tidak ada upaya yang dilakukan terutama bagi kelangsungan hidup manusia. berbagai upaya harus perlu dilakukan agar intrusi air laut tidak terjadi diantaranya:
1. Penghijauan
Kawasan recharge yang merupakan daerah tangkapan air yang berada pada kawasan yang memiliki topografi lebih tinggi juga terkena imbas pembangunan, sehingga daerah recharge mengalami perubahan fungsi. Semula daerah ini banyak ditumbuhi pepohonan dan merupakan daerah perkebunan dan hutan yang berperan cukup besar untuk proses penangkapam air berubah searah dengan laju perkembangan penduduk. Untuk itu perlu diadakan penghijauan pada daerah recharge yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air berfungsi kembali. Penghijauan ini tidak hanya dilakukan pada daerah recharge tetapi juga dilakukan disepanjang pesisir pantai atau daerah pantai. Penghijauan di daerah recharge bertujuan untuk menangkap air. Daerah ini dapat berfungsi sebagai kawasan terbuka hijau jika letaknya pada bagian atas suatu daerah padat penduduk daerah ini akan menyimpan air hujan pada rongga-rongga tanah yang terbentuk dan mencegah run-off secara tiba-tiba.
Sebagian air ini berperan mengairi dan sebagian akan terserap dan masuk kedalam tanah menjadi bagian dari cadangan air tanah (yoshida 2001 dalam anonim, 2004a).
D. Upaya Menanggulangi Intrusi Air Laut
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan atau menanggulangi intrusi laut, diantaranya:
1. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Gambar 3. Mengubah Pola Pemompaan
2. Pengisian Airtanah Buatan
Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Gambar 4. Pengisian Airtanah Buatan
3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.
Gambar 5. Extraction Barrier
4. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.
Gambar 6. Injection Barrier

5. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.




Gambar 7. Subsurface Barrier





BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah diatas dapat disimpulkan:
1. Indonesia masih rawan terjadinya intrusi air laut terutama daerah perkotaan yang mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat.
2. Pengambilan air tanah yang berlebihan membuat kualitas air tanah berkurang dan menjadi air tanah payau dan bahkan menjadi asin.
3. Terjadinya kerusakan di daerah pesisir pantai dan berbagai aktivitas yang cenderung tidak memperhatikan lingkungan.
4. Perlunya penangganan apabila permasalahan intrusi air laut setiap hari bertambah parah dan mitigasi bencana terutama masalah intrusi air laut.
.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapatnya kesalahan dan dan kekurangan, untuk itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kedepannya.






DAFTAR PUSTAKA

http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/09/mengenal-intrusi-air-asin/
http://www.geotek.lipi.go.id/?p=69475
Adiningsih, E.S.2007, Peran untuk Adaptasi dan Mitigasi Dampak Bencana Keke-ringan, [Online, accesed 7 Desember 2007].URL:http://www.pirba.ristek.go.id /str/Bencana%20Kekeringan_erna.pdf

Anonim,2004a, Aspek Tata Ruang, http://penataanruang.pu.go.id/ta/Lapan04/P2/Suburban/Bab3.
pdf

Hendrayana, H., 1994, Pengantar Model Aliran Airtanah, FT UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan

Kadri, T., 2003. Partisipasi masyarakat dalam mewujudkan suplai Air bersih di perkotaan. Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor, tidak diterbitkan

Kodoatie, J. R., 1996, Pengantar Hidrogeologi, Andi, Yogyakarta.

Kurdi. S. Z., dkk., 2000, Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai – Semarang, [ Online, accesed 9 Desember 2007]. URL:http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI2/Proceedings/3.doc.


Suharyadi, 1984, Diktat Kuliah Geohidrologi, Jurusan Teknik Geologi, FT UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan.

Senin, 15 Agustus 2011

Pengaruh Peningkatan Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Metode Reward And Punishment (Point plus/minus) Pada Mata Pelajaran TIK Di Kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang pesat menuntut keahlian pada berbagai bidang ilmu pengetahuan. Secara tidak langsung mutu pendidikan juga harus ditingkatkan karena hal ini berkaitan langsung dengan hasil belajar.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kualitas dumber daya manusia (SDM), baik yang menjadi pengambil keputusan, penentuan kebijaksanaan, penilaian dan perencanaan maupun yang menjadi pelaksana disektor terdepan dan para pelaku pengawas pembelajaran. Hal ini menunjukkan unsur kualitas SDM yang menggerakkan roda pembelajaran.
Posisi pendidikan akan lebih berarti dalam rangka meningkatkan kualitas SDM apabila pendidikan tersebut memiliki sistim yang berhubungan dengan lajunya pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintahan antara lain peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pembaharuan kurikulum, pengadaan buku paket dan buku pustaka, peningkatan kualitas guru serta penempurnaan sistem penilaian dan manajemen pendidikan. Walaupun dari usaha tersebut ada yang berhasil, namun masih perlu peningkatan agar diperoleh standar kualitas yang diharapkan, terutama dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa disetiap jenjang pendidikan.
Proses belajar menngajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberhasilannya. Bagi lembaga pendidikan, setelah menentukan program dan kurikulum pendidikan harus mempunyai prinsip dalam menentukan arah dan teknis pelaksanaan cita-cita dari program dan kurikulum yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya adalah motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruktur dengan baik.
Peranan guru sangat penting dalam melaksanakan pengembangan bahan-bahan pengajaran dan alat bantu dalam belajar mengajar , terutama menggunakan media yang cocok untuk kelancaran dan terlaksananya proses pembelajaran di sekolah. Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Dalam usaha melibatkan siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, maka penilus mencobakan salah satu model pembelajaran kooperatif dan kreatif dalam proses pembelajaran mata pelajaran TIK. Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe belajar memberikan Reward and Punishment. Tipe ini dapat memaksimalkan interaksi siswa dalam sumber belajar, interaksi siswa dengan materi pembelajaran, interaksi siswa dengan guru serta interaksi siswa dalam menggunakan media komputer .
Tipe Reward adn Punishment merupakan kerja kelompok yang didasarkan pada kerjasama dimana tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada belajar sendiri tetapi juga membantu teman satu tim dalam belajar, sehingga tercipta suasana yang kondusif. Model pembelajaran ini beranjak dari dasar pemikiran “ Getting Better Together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap serta nilai keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan dimasayarakat.
Dengan pembelajaran kooperatif tipe Reward and Punishment, siswa bukan hanya belajar dengan menerima apa yang disajikan guru, melainkan juga bisa belajar dari siswa yang lain dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Sebagai suatu model pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif merupakan salah satu solusi yang diduga efektif. Pengembangan metode pembelajaran ini perlu diupayakan guna meningkatkan penguasaan konsep pengetahuan dan penumbuhan kreatifitas semua siswa serta penciptaan iklim yang komunikatif dalam perkembangan daya nalar dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis mengangkat judul penelitian dengan judul
“Pengaruh peningkatan dan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode Reward and Punishment (point plus/minus) pada mata pelajaran TIK kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran, yaitu :
1. Siswa masih terbiasa belajar dengan pola tradisional
2. Siswa masih belum terbiasa bekerja sama dengan teman
3. Sebagian besar siswa tidak memilki buku teks pelajaran
4. Sebagian siswa masih memiliki motivasi yang rendah
5. Sebagian siswa memilki daya serap yang rendah
6. Siswa kurang aktif dalam belajar
C. Perumusan Dan Pembatasan Masalah
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :”Apakah dengan pemberian metode “ Reward and Punishment (pont plus/minus) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada matapelajaran TIK di kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung dan sejauh mana pendekatan Reward and Punishment (point plus/minus) ini dalam peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa.”
2. Pembatasan masalah
Agar lebih terpusat dan terarahnya penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah yang meliputi : Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung dengan pendekatan Reward and Punishment (point plus/minus)
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.Untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung dengan pendekatan Reward and Punishment
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung dengan pendekatan Reward and Punishment
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan dari guru-guru dalam merencanakan dan mengembangkan strategi pembelajaran terutama dengan pemberian Reward and Punishment (point plus/minus)
2. Bagi siswa untuk dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMPN 1 Enam Lingkung
3. Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
4. Bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan dalam melaksanakan pembelajaran TIK

Sabtu, 13 Agustus 2011

makalah oceanografi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents).
Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents). Ada dua pembagian arus berdasarkan tempat nya yaitu arus di daerah equator atau di sekitar daerah khatulistiwa dan arus di daerah subtropis.
Untuk arus di daerah equator bisa di ambil contoh arus laut di perairan Indonesia. Dalam hal ini, kami kelompok dua akan memberikan informasi atau fenomena yang terjadi pada arus di daerah equator.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah agar kita khususnya mahasiswa Geografi UNP dapat mengetahui secara umum tenatng baik itu berupa informasi ataupun berbagai fenomena alam yang terjadi pada arus di daerah ekuator.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas maka dapat di identifikasikan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengertian
2. Jenis arus samudera
3. Arus laut di perairan Indonesia (Fenomena laut di Indonesia)



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Arus laut adalah gerakan massa air yang dipengaruhi oleh angin atau perbedaan densitas air laut yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lainya.
Arus di permukaan laut disebabkan oleh pergerakan angin yang cukup kuat sedangkan arus di kedalaman laut di sebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut.
Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents).
2.2 Jenis Arus di Samudera
Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera , maupun terjadi di perairan pesisir. Arus laut yang terakumulasi dan memiliki arah arus yang sama di suatu samudra akan mengakibatkan terjadinya arus samudera.
Terdapat dua jenis arus di samudera yaitu arus di permukaan laut dan arus di kedalaman laut
• Arus di permukaan laut
Arus di permukaan laut disebabkan oleh pergerakan massa angin yang melintasi permukaan samudera. Pergerakan angin disebabkan oleh perbedaan tekanan udara, angin bergerak dari tekanan udara yang yang bertekanan tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin. Pola umum arus permukaan samudera di pengaruhi oleh faktor faktor yaitu: gravitasi, gerak rotasi Bumi, , topografi dasar laut, dan angin. Interaksi berbagai faktor itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit. Karena gerakan arus laut yang terjadi secara terus menerus tersebut maka massa air laut tersebut akan memengaruhi massa udara yang berlawanan arahnya dan menyebabkan terjadinya perubahan cuaca dan iklim.
Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut bergerak melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan berlawanan arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Pola umum sirkulasi arus global dapat dilihat dalam Gambar 1.


• Arus dikedalaman laut
Arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas air laut . Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation). Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan.
Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation). Model sirkulasi termohalin secara global dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model pola sirkulasi termohalin global.
2.3. ARUS PERAIRAN PESISIR
Arus Pasang Surut (Tidal Current)
Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut. Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam estuari atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar.
Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current)
Ke-dua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau miring terhadap garis pantai. Pola kedua macam arus ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Arus sepanjang pantai dan arus rip.
2.4. Arus laut di perairan Indonesia (Fenomena laut di Indonesia)
Arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan satelit, yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata memperlihatkan pola arus laut yang bergerak dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita ini. Pergerakan arus lintas Indonesia, dikenal sebagai Arlindo, mempengaruhi perubahan iklim global, memicu kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina, serta berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan kebakaran hutan.
Pada Oktober 2003, ahli-ahli oseanografi dunia berkumpul di Denpasar, Bali, guna membahas Arlindo serta kaitannya terhadap interaksi laut-atmosfer. Para ahli sepakat untuk lebih menggencarkan kegiatan pemantauan laut di perairan Indonesia, sebagai kelanjutan kegiatan pemantauan Laut Pasifik di sepanjang khatulistiwa. Apalagi, bila mengacu pada keputusan KTT-Bumi di Johannesburg, Afrika Selatan, pada September 2002, Sistem Pemantauan Laut Global (Global Ocean Observing System/GOOS) harus dibangun dan dikembangkan. Ini menyangkut kelangsungan Planet Bumi beserta seluruh makhluk hidup di dalamnya. Kemampuan memantau laut secara terus-menerus memungkinkan diprediksinya kehadiran bencana El Nino dan La Nina secara lebih awal. Menurut Kepala Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) Laksamana Conrad Lautenbacher, kemampuan memprediksi kehadiran El Nino dan La Nina bisa menyelamatkan kerugian sampai 500 juta dollar AS untuk wilayah Pasifik saja.
Data Bappenas Tahun 1999 memperlihatkan bahwa bencana El Nino yang terjadi di Indonesia pada 1997-1998 mengakibatkan kerugian sebesar Rp 9,5 triliun, termasuk gagal panen, kebakaran hutan, meningkatnya penderita penyakit pernapasan (ISPA), dan terpuruknya industri pariwisata. Bahkan, asap akibat kebakaran hutan sudah menyebar sampai ke negara tetangga sehingga mengganggu operasi transportasi darat, laut, dan udara. Belum lagi keanekaragaman hayati di darat dan di laut, utamanya terumbu karang yang juga hancur.
Guna menekan dampak bencana iklim ekstrem sampai seminimal mungkin tadi, pemantauan laut di wilayah perairan Indonesia menjadi sangat penting. Inti dari pergerakan, sirkulasi, dan stratifikasi massa air laut di perairan Indonesia ini ternyata bersumber di wilayah Laut Banda. Laut Banda juga berperan sebagai sumber dan wahana tempat bercampurnya massa air dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta mengontrol massa air yang masuk dari Samudra Pasifik serta massa air yang keluar ke Samudra Hindia. Kesemuanya ini berdampak pada perubahan iklim global.
Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik. Massa air laut tadi bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita. Alat pantau dipasang di selat-selat Indonesia guna mengetahui kecepatan arus massa air dan besaran volumenya. Hasil pantauan pelampung memperlihatkan bahwa massa Arlindo yang melewati Selat Makassar mencapai 9 juta meter kubik per detiknya (Gambar). Massa air kemudian bergerak ke Selatan, menuju Selat Lombok. Namun, ternyata tidak semua massa air bisa langsung menerobos Selat Lombok yang sempit itu. Hanya 1,7 juta meter kubik per detik massa air dari Selat Makassar yang bisa langsung lewat. Sisanya, sebesar 7,3 juta meter kubik per detik, harus berbelok dahulu ke Timur, ke arah Laut Banda.
Di sini massa air laut tadi bercampur lagi dengan massa air Samudra Pasifik yang tiba di Laut Banda lewat Laut Halmahera dan Laut Flores. Seusai berputar putar di Laut Banda, massa air tadi melanjutkan perjalanan melewati Laut Flores dan Laut Timor menuju Samudra Hindia. Total ada 4,5 juta meter kubik per detik massa air yang melewati Laut Flores, sedang 4,3 juta meter kubik per detik sisanya melewati Laut Timor.
Itu tadi saat kondisi normal. Kala El Nino terjadi, pergerakan sebagian dari massa air tadi berbalik arah dari wilayah perairan Indonesia menuju Samudra Pasifik. Saat itu, terjadi penurunan volume massa air yang bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Kosongnya massa air di wilayah perairan Indonesia tadi kemudian mendorong munculnya up welling, atau naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan, yang juga kaya nutrien.
Oleh sebab itu, saat El Nino, justru banyak khlorofil di perairan Indonesia, utamanya di wilayah Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Gambar). El Nino memang bisa mengakibatkan gagal panen, kekeringan, serta kebakaran hutan. Namun, El Nino di perairan Indonesia justru meningkatkan jumlah khlorofil dan jumlah wilayah up welling. Ini bisa berarti, saat El Nino Indonesia justru panen ikan. "Sengsara Membawa Nikmat".
Program pemantauan laut Indonesia semakin digencarkan agar kita mampu memprediksi kehadiran El Nino dan La Nina untuk 12 bulan sampai 24 bulan ke depan. Ini penting karena menyangkut gagal panen atau panen raya, perlu atau tidak impor beras, kekeringan atau kebanjiran, menyangkut kebakaran hutan dan sebaran asap yang bisa meningkatkan penyakit pernapasan, serta mengganggu negara tetangga.
Pada 17 Desember 2003 mendatang, bersamaan dengan Peringatan Hari Nusantara 2003, dua kapal riset Indonesia, yaitu Baruna Jaya III-BPPT dan Baruna Jaya VIII-LIPI, memulai Ekspedisi INSTANT (International Nusantara Stratification and Transport). Ekspedisi yang diikuti oleh ahli-ahli kelautan dari Indonesia, Australia, Perancis, Belanda, dan Amerika Serikat ini akan memantau pergerakan Arlindo di wilayah Selat Makassar, Laut Banda, Laut Flores, dan Laut Timor, sekaligus pula memasang alat-alat pantau di beberapa lokasi perairan Nusantara. Harapannya tentu bahwa kemunculan El Nino dan La Nina sudah bisa diprediksi seawal mungkin.
Ekspedisi INSTANT juga akan dimanfaatkan sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia ahli-ahli oseanografi Indonesia agar suatu saat bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan ahli-ahli kaliber dunia di bidang ini.

BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents).
Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents). Ada dua pembagian arus berdasarkan tempat nya yaitu arus di daerah equator atau di sekitar daerah khatulistiwa dan arus di daerah subtropis.

1.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini, diharapakan bermanfaat bagi semua pihak khususnya mahasisawa geografi fakultas ilmu-ilmu sosial UNP. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan, agar lebih sempurnanya makalah ini untuk selanjutnya.










MAKALAH OSEANOGRAFI
ARUS DIDAERAH EQUATOR









KELOMPOK 2
MONALISA ( 00417 )
HELMA YULITA ( 05384 )
MARNISETIANINGSIH ( 05452 )
PARIZA SUSANTI (
ULMI RAKHMADANI (
DEDY YUNALNI ( 05412 )
NURSAL (


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU – ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010